Koneksi Komoditas

Pergerakan harga valuta asing didasarkan pada beberapa faktor termasuk permintaan & penawaran, faktor ekonomi (PDB, CPI, PPI), suku bunga, inflasi, politik. Karena pertumbuhan ekonomi dan ekspor suatu negara berhubungan langsung, sangat wajar jika beberapa mata uang sangat bergantung pada harga komoditas.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara seperti Arab Saudi, Rusia, Iran (negara penghasil minyak terbesar) sangat bergantung pada harga minyak mentah (komoditas). Beberapa tahun yang lalu, ketika harga minyak mentah melebihi $100 per barel, pasar saham dan pasar mata uang merespons dengan sangat positif (mata uang yang kuat) dan kemudian pada 2016-17 ketika harga minyak mentah turun di bawah $30 per barel, pasar keuangan merespons dengan sangat negatif. Harga turun 7% dalam satu hari (pasar saham, volatilitas ekstrim), harga mata uang turun. Karena khusus beberapa negara yang merupakan negara pengekspor komoditas, pertumbuhan ekonomi berkaitan langsung dengan harga komoditas. Seperti kita ketahui, pertumbuhan ekonomi yang kuat di suatu negara berarti kuat mata uangnya.

Khususnya dalam kasus dolar, ada hubungan terbalik antara harga dolar dan harga komoditas. Ketika dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya, harga komoditas turun dan ketika dolar melemah terhadap mata uang utama lainnya, harga komoditas umumnya bergerak lebih tinggi.

Tapi kenapa begitu??

Alasan utamanya adalah bahwa dolar adalah mekanisme penetapan harga (benchmark) yang mendasari untuk sebagian besar komoditas. Dolar AS ($) dianggap sebagai mata uang cadangan dunia. Karena dianggap sebagai mata uang safe-haven ($), sebagian besar negara memegang dolar sebagai aset cadangan. Dalam hal perdagangan bahan mentah (ekspor/impor), dolar adalah mekanisme pertukaran bagi banyak negara jika tidak semua. Ketika dolar lemah, biaya lebih banyak dolar untuk membeli komoditas. Pada saat yang sama, biayanya lebih rendah untuk mata uang negara lain (JPY, EURO, INR) ketika harga dolar turun.

Umumnya suku bunga yang lebih tinggi menyebabkan harga komoditas yang lebih rendah. Misalnya, jika RBI (bank sentral India) menaikkan suku bunga, hal itu dapat menurunkan tingkat kegiatan ekonomi dan dengan demikian menurunkan permintaan komoditas.

Untuk negara seperti India yang merupakan importir minyak sangat besar. Harga minyak yang rendah baik untuk negara-negara pengimpor minyak karena ketika harga minyak turun, inflasi akan mereda dan dengan itu suku bunga akan turun dan itu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *